Kamis, 01 November 2012

Sepakbola Boleh, Tetapi…

Tidak ada yang memungkiri, sepakbola adalah olahraga yang paling populer dan paling digemari di jagad ini. Halaman olahraga di koran-koran selalu didominasi oleh sepakbola, sisanya untuk olahraga yang lain. Bahkan tabloid khusus sepakbola pun begitu banyak diterbitkan. Ketika Piala Dunia digelar, yang menjadi headline setiap hari di koran-koran adalah berita tentang pertandingan di ajang kejuaraan sepakbola terbesar itu. Hampir setiap saluran televisi juga memiliki acara-acara khusus seputar sepakbola, dan tentu saja siaran langsung pertandingan sepakbola. Olahraga ini selalu dilakukan mulai dari pelosok-pelosok desa terpencil sampai dengan kota-kota besar yang bahkan seringkali sangat sedikit memiliki ruang terbuka untuk olahraga ini. Ketika di kota-kota tidak ada lapangan sepakbola, jalanan pun berubah menjadi lapangan sepakbola.
Mungkin tidak ada yang tahu persis, kapan olahraga ini dilahirkan. Sepakbola begitu membumi di hampir semua tempat dan dari masa ke masa di zaman modern ini, sehingga hampir tidaklah mungkin bagi kita untuk menghilangkan atau melarangnya. Mempertimbangkan kenyataan ini, hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam rangka ishlah adalah mengarahkan sepakbola ke arah yang positif dan memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan yang baik. Sepakbola sejatinya memiliki banyak karakter positif. Pertama, ia adalah salah satu bentuk riyadhah jasadiyah (olahraga) yang sangat baik. Dikatakan baik karena dalam sepakbola, seorang pemain dituntut untuk tahan berlari dalam waktu yang cukup lama dan sarat dengan akselerasi (sprint). Para pemain juga dituntut untuk kuat dalam beradu fisik (bodying) untuk bisa menguasai bola. Dan yang tidak bisa diremehkan adalah seni mengganjal dan diganjal yang memaksa pemain untuk berguling-guling diatas tanah. Kedua, sepakbola menuntut kecerdasan strategis dan taktis. Ketiga, sepakbola menuntut para pemainnya untuk bisa bekerjasama dan tidak egois. Dan mungkin masih banyak karakter-karakter positif lain yang dimiliki oleh sepakbola.
Meskipun demikian, kenyataan berbicara bahwa sepakbola juga bisa menimbulkan ekses-ekses negatif, seperti perjudian, perkelahian antar pemain atau bahkan antar suporter, ’pornografi’ bagi para wanita muda, dan khusus di Indonesia : perdukunan. Siaran-siaran pertandingan sepakbola di televisi juga kerap kali melenakan karena seringkali menggoda para penontonnya untuk mengundur waktu shalat hanya untuk menunggui siaran tersebut sampai selesai, atau membuat mereka begadang sehingga meninggalkan shalat malam dan bahkan kesiangan untuk shalat shubuh. Ini adalah beberapa diantara ekses-ekses negatif yang bisa timbul dari sepakbola.
Sebetulnya, ekses-ekses negatif tersebut bukanlah bagian yang tak terpisahkan dari sepakbola. Artinya, itu semua pada dasarnya sangat bisa dihindari, sehingga sepakbola pun terbebas dari ekses-ekses yang tidak baik. Dengan keimanan dan akhlaq yang kokoh, hal-hal seperti perdukunan, perjudian, dan perkelahian pasti tidak akan terjadi. Begitu pula, sangatlah tidak disarankan bagi para wanita untuk menggemari sepakbola, apalagi memainkannya dihadapan khalayak. Sembilan puluh sembilan persen dari para wanita yang gemar menonton pertandingan sepakbola, baik langsung ataupun melalui layar televisi, hanyalah menonton karena kagum dengan tubuh atau wajah para pemainnya dan sama sekali tidak untuk mengamati strategi dan taktik permainannya. Demikian juga permainan sepakbola yang dilakukan oleh para wanita dengan para pelatih laki-laki atau dengan ditonton oleh kaum laki-laki adalah ide yang sangat gila dan tidak sopan. Sangat bisa dipastikan, ketika laki-laki melihat seorang wanita bermain bola, apalagi dengan kostum celana pendek dan kaos yang memperlihatkan bentuk tubuhnya, maka ia tidak akan melihat strategi dan taktik permainannya tetapi hanya akan melihat kemolekan dan kegenitan para pemainnya yang wanita itu!
Tidaklah pantas juga apabila karena menonton pertandingan sepakbola sampai selesai kemudian kita mengundur waktu shalat. Juga tidak selayaknya kita meninggalkan shalat malam atau bahkan kesiangan shalat shubuh hanya karena begadang menonton pertandingan sepakbola. Disini kita diuji, manakah yang lebih kita cintai : Allah ataukah sepakbola? Jika kecintaan kita kepada Allah adalah diatas segala-galanya maka begitu panggilan shalat terdengar, kita akan segera memenuhi panggilan tersebut dan meninggalkan siaran sepakbola, meskipun itu big match. Kalau kita mencintai Allah diatas yang lainnya maka kita tidak akan mungkin rela meninggalkan shalat malam lalu menggantinya dengan siaran sepakbola. Ingatlah bahwa ketika kita lebih mencintai sepakbola dibandingkan Allah Yang Maha Mulia, itu berarti kita telah menjadikan sepakbola sebagai berhala, thaghut, dan ilah yang palsu. Seorang mukmin harus bisa menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Janganlah sampai sepakbola membuat kita lalai dari berbagai kewajiban. Jangan sampai karena sepakbola lalu tugas-tugas dakwah kita menjadi terabaikan atau terbengkalai. Demikian juga kewajiban-kewajiban yang lainnya. Semestinya dengan sepakbola, yang melatih kebugaran, ketahanan, dan kekuatan tubuh, kita justru semakin optimal dalam melaksanakan tugas-tugas dakwah dan berbagai kewajiban kita yang lainnya.
Adalah juga cukup aneh ketika ada seseorang yang sangat gemar menonton sepakbola akan tetapi malas atau bahkan tidak mau bermain sepakbola, padahal ia tidak berprofesi sebagai pelatih, taktisi atau komentator sepakbola di sebuah media. Letak keanehannya : untuk apa ia menonton? Kalau hanya untuk hiburan, jangan-jangan itu termasuk perbuatan yang sia-sia. ”Diantara ciri baiknya kualitas keislaman seseorang adalah bahwa ia meninggalkan sesuatu yang sia-sia”. Sangat perlu ditegaskan, sepakbola akan benar-benar bermanfaat kalau dimainkan, karena dengan cara itulah kita benar-benar ber-riyadhah jasadiyah : sesuatu yang berpahala insya Allah jika diniatkan untuk beribadah, berdakwah, dan menjaga nikmat kesehatan dan kekuatan tubuh. Jika kita hanya suka menonton pertandingan sepakbola atau membaca berita-berita sepakbola saja namun malas berlatih : dimana letak riyadhah-nya? Dimana?
Kita juga harus waspada terhadap berbagai usaha yang berusaha memanfaatkan sepakbola untuk melemahkan kekuatan umat Islam. Dengan sepakbola, sangat bisa jadi musuh-musuh Islam berusaha membuat umat Islam menjadi terlena dan lupa dengan berbagai tantangan umat ini, dan karenanya umat ini menjadi lemah. Baru-baru lalu Perez Foundation yang berpusat di Tel Aviv, Israel, mengundang Jose Mourinho, manajer Klub Sepakbola Chelsea, dalam rangka mendukung program penyatuan anak-anak Israel dan Palestina melalui sepakbola. Dengan media sepakbola, mereka berusaha menjadikan anak-anak Palestina kehilangan semangat jihad dan lupa akan tantangan umat dan kewajiban untuk berjihad! Sebuah makar dan konspirasi yang amat busuk!
Di sisi yang lain, sebagian saudara kita bahkan bisa memanfaatkan sepakbola sebagai sarana dakwah dan pembinaan. Mereka bisa merekrut banyak orang yang gemar dengan sepakbola tetapi masih jauh dari bimbingan Islam kedalam lingkaran yang penuh dengan cahaya Islam, melalui forum-forum sepakbola. Inilah yang disebut dengan sepakbola dakwah!
Akhirul kalam, pada dasarnya sepakbola itu mubah alias boleh. Namun kita harus mawas diri dan hati-hati agar tidak dijerumuskan oleh sepakbola itu kedalam hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, ketika kita bisa memanfaatkan wahana sepakbola itu sebagai sarana dakwah dan pembinaan, insya Allah itu akan menjadi sebuah amal shalih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar