Tidak
ada yang memungkiri, sepakbola adalah olahraga yang paling populer dan
paling digemari di jagad ini. Halaman olahraga di koran-koran selalu
didominasi oleh sepakbola, sisanya untuk olahraga yang lain. Bahkan
tabloid khusus sepakbola pun begitu banyak diterbitkan. Ketika Piala
Dunia digelar, yang menjadi headline setiap hari di koran-koran adalah
berita tentang pertandingan di ajang kejuaraan sepakbola terbesar itu.
Hampir setiap saluran televisi juga memiliki acara-acara khusus seputar
sepakbola, dan tentu saja siaran langsung pertandingan sepakbola.
Olahraga ini selalu dilakukan mulai dari pelosok-pelosok desa terpencil
sampai dengan kota-kota besar yang bahkan seringkali sangat sedikit
memiliki ruang terbuka untuk olahraga ini. Ketika di kota-kota tidak ada
lapangan sepakbola, jalanan pun berubah menjadi lapangan sepakbola.
Mungkin
tidak ada yang tahu persis, kapan olahraga ini dilahirkan. Sepakbola
begitu membumi di hampir semua tempat dan dari masa ke masa di zaman
modern ini, sehingga hampir tidaklah mungkin bagi kita untuk
menghilangkan atau melarangnya. Mempertimbangkan kenyataan ini, hal
terbaik yang bisa kita lakukan dalam rangka ishlah adalah mengarahkan
sepakbola ke arah yang positif dan memanfaatkannya untuk tujuan-tujuan
yang baik. Sepakbola sejatinya memiliki banyak karakter positif.
Pertama, ia adalah salah satu bentuk riyadhah jasadiyah (olahraga) yang
sangat baik. Dikatakan baik karena dalam sepakbola, seorang pemain
dituntut untuk tahan berlari dalam waktu yang cukup lama dan sarat
dengan akselerasi (sprint). Para pemain juga dituntut untuk kuat dalam
beradu fisik (bodying) untuk bisa menguasai bola. Dan yang tidak bisa
diremehkan adalah seni mengganjal dan diganjal yang memaksa pemain untuk
berguling-guling diatas tanah. Kedua, sepakbola menuntut kecerdasan
strategis dan taktis. Ketiga, sepakbola menuntut para pemainnya untuk
bisa bekerjasama dan tidak egois. Dan mungkin masih banyak
karakter-karakter positif lain yang dimiliki oleh sepakbola.
Meskipun
demikian, kenyataan berbicara bahwa sepakbola juga bisa menimbulkan
ekses-ekses negatif, seperti perjudian, perkelahian antar pemain atau
bahkan antar suporter, ’pornografi’ bagi para wanita muda, dan khusus di
Indonesia : perdukunan. Siaran-siaran pertandingan sepakbola di
televisi juga kerap kali melenakan karena seringkali menggoda para
penontonnya untuk mengundur waktu shalat hanya untuk menunggui siaran
tersebut sampai selesai, atau membuat mereka begadang sehingga
meninggalkan shalat malam dan bahkan kesiangan untuk shalat shubuh. Ini
adalah beberapa diantara ekses-ekses negatif yang bisa timbul dari
sepakbola.
Sebetulnya,
ekses-ekses negatif tersebut bukanlah bagian yang tak terpisahkan dari
sepakbola. Artinya, itu semua pada dasarnya sangat bisa dihindari,
sehingga sepakbola pun terbebas dari ekses-ekses yang tidak baik. Dengan
keimanan dan akhlaq yang kokoh, hal-hal seperti perdukunan, perjudian,
dan perkelahian pasti tidak akan terjadi. Begitu pula, sangatlah tidak
disarankan bagi para wanita untuk menggemari sepakbola, apalagi
memainkannya dihadapan khalayak. Sembilan puluh sembilan persen dari
para wanita yang gemar menonton pertandingan sepakbola, baik langsung
ataupun melalui layar televisi, hanyalah menonton karena kagum dengan
tubuh atau wajah para pemainnya dan sama sekali tidak untuk mengamati
strategi dan taktik permainannya. Demikian juga permainan sepakbola yang
dilakukan oleh para wanita dengan para pelatih laki-laki atau dengan
ditonton oleh kaum laki-laki adalah ide yang sangat gila dan tidak
sopan. Sangat bisa dipastikan, ketika laki-laki melihat seorang wanita
bermain bola, apalagi dengan kostum celana pendek dan kaos yang
memperlihatkan bentuk tubuhnya, maka ia tidak akan melihat strategi dan
taktik permainannya tetapi hanya akan melihat kemolekan dan kegenitan
para pemainnya yang wanita itu!
Tidaklah
pantas juga apabila karena menonton pertandingan sepakbola sampai
selesai kemudian kita mengundur waktu shalat. Juga tidak selayaknya kita
meninggalkan shalat malam atau bahkan kesiangan shalat shubuh hanya
karena begadang menonton pertandingan sepakbola. Disini kita diuji,
manakah yang lebih kita cintai : Allah ataukah sepakbola? Jika kecintaan
kita kepada Allah adalah diatas segala-galanya maka begitu panggilan
shalat terdengar, kita akan segera memenuhi panggilan tersebut dan
meninggalkan siaran sepakbola, meskipun itu big match. Kalau kita
mencintai Allah diatas yang lainnya maka kita tidak akan mungkin rela
meninggalkan shalat malam lalu menggantinya dengan siaran sepakbola.
Ingatlah bahwa ketika kita lebih mencintai sepakbola dibandingkan Allah
Yang Maha Mulia, itu berarti kita telah menjadikan sepakbola sebagai
berhala, thaghut, dan ilah yang palsu. Seorang mukmin harus bisa
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Janganlah
sampai sepakbola membuat kita lalai dari berbagai kewajiban. Jangan
sampai karena sepakbola lalu tugas-tugas dakwah kita menjadi terabaikan
atau terbengkalai. Demikian juga kewajiban-kewajiban yang lainnya.
Semestinya dengan sepakbola, yang melatih kebugaran, ketahanan, dan
kekuatan tubuh, kita justru semakin optimal dalam melaksanakan
tugas-tugas dakwah dan berbagai kewajiban kita yang lainnya.
Adalah
juga cukup aneh ketika ada seseorang yang sangat gemar menonton
sepakbola akan tetapi malas atau bahkan tidak mau bermain sepakbola,
padahal ia tidak berprofesi sebagai pelatih, taktisi atau komentator
sepakbola di sebuah media. Letak keanehannya : untuk apa ia menonton?
Kalau hanya untuk hiburan, jangan-jangan itu termasuk perbuatan yang
sia-sia. ”Diantara ciri baiknya kualitas keislaman seseorang adalah
bahwa ia meninggalkan sesuatu yang sia-sia”. Sangat perlu ditegaskan,
sepakbola akan benar-benar bermanfaat kalau dimainkan, karena dengan
cara itulah kita benar-benar ber-riyadhah jasadiyah : sesuatu yang
berpahala insya Allah jika diniatkan untuk beribadah, berdakwah, dan
menjaga nikmat kesehatan dan kekuatan tubuh. Jika kita hanya suka
menonton pertandingan sepakbola atau membaca berita-berita sepakbola
saja namun malas berlatih : dimana letak riyadhah-nya? Dimana?
Kita
juga harus waspada terhadap berbagai usaha yang berusaha memanfaatkan
sepakbola untuk melemahkan kekuatan umat Islam. Dengan sepakbola, sangat
bisa jadi musuh-musuh Islam berusaha membuat umat Islam menjadi terlena
dan lupa dengan berbagai tantangan umat ini, dan karenanya umat ini
menjadi lemah. Baru-baru lalu Perez Foundation yang berpusat di Tel
Aviv, Israel, mengundang Jose Mourinho, manajer Klub Sepakbola Chelsea,
dalam rangka mendukung program penyatuan anak-anak Israel dan Palestina
melalui sepakbola. Dengan media sepakbola, mereka berusaha menjadikan
anak-anak Palestina kehilangan semangat jihad dan lupa akan tantangan
umat dan kewajiban untuk berjihad! Sebuah makar dan konspirasi yang amat
busuk!
Di
sisi yang lain, sebagian saudara kita bahkan bisa memanfaatkan
sepakbola sebagai sarana dakwah dan pembinaan. Mereka bisa merekrut
banyak orang yang gemar dengan sepakbola tetapi masih jauh dari
bimbingan Islam kedalam lingkaran yang penuh dengan cahaya Islam,
melalui forum-forum sepakbola. Inilah yang disebut dengan sepakbola
dakwah!
Akhirul
kalam, pada dasarnya sepakbola itu mubah alias boleh. Namun kita harus
mawas diri dan hati-hati agar tidak dijerumuskan oleh sepakbola itu
kedalam hal-hal yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya. Bahkan, ketika
kita bisa memanfaatkan wahana sepakbola itu sebagai sarana dakwah dan
pembinaan, insya Allah itu akan menjadi sebuah amal shalih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar